Breaking

Tuesday, September 26, 2017

Renungan Kisah Inspiratif Suami dan Istri yang mengalah The End



┏━━━━━━━━🌷🔴🌷━━━━━━━━┓
🌾❄ Serial NoteD'day ❄🌾
┗━━━━━━━━🌷🔴🌷━━━━━━━━┛

🔶🌿 Renungan Kisah Inspiratif Bag.2

💞۩۞۞۝🕌📝🕌۝۞۞۩💞

Suami Mengalah
Namun dalam satu kondisi pertengkaran, bisa saja istri lebih emosional, sehingga suami lebih baik memilih untuk berada dalam posisi mengalah. Di masa kehidupan Rasulullah SAW, kondisi masyarakat Makkah lebih didominasi laki-laki, sehingga di dalam budaya kehidupannya, lebih mudah jika istri memilih untuk mengalah. Tetapi kondisinya menjadi berbeda dengan kehidupan masyarakat Madinah.
Budaya kehidupan kaum Anshar di Madinah berbeda, karena kaum perempuan lebih dominan daripada laki-laki. Dan ini pun sedikit demi sedikit dicontoh oleh istri-istri para Sahabat yang berhijrah dari Makkah ke Madinah. Umar bin Khaththab ketika ada Sahabat datang ingin mengadukan perihal istriny, justru ia mendapati suara istri Umar lebih tinggi dan nyaring dibandingkan dengan suara Umar.
Karena Umar adalah seorang yang bijak, maka ia berkata, “Kehidupan itu harus ditempuh dengan cara yang ma’ruf. Ia istriku. Ia membuatkan untukku roti, mencucikan pakaianku dan melayaniku. Jika aku tidak berlemah lembut padanya, maka kami tidak akan hidup bersama.”
Bukankah Rasulullah SAW pernah berpesan kepada kaum laki-laki untuk senantiasa berbuat lembut kepada perempuan? Ajaran ini bahkan dipesankan secara khusus, berkaitan kondisi psikologis perempuan yang tercipta feminim, sehingga lebih emosional dan perasa. “Berbuat baiklah kepada wanita, karena sesungguhnya wanita diciptakan dari tulang rusuk, dan sesungguhnya tulang rusuk yang paling bengkok adalah yang paling atas. Kalau kamu berusaha meluruskannya, maka ia akan patah.” (Riwayat Bukhari)
Cara Rasulullah SAW mengalah pun diperlihatkan saat beliau begitu marah atas tuntutan istri-istri beliau yang sudah berlebihan. Rasulullah SAW memilih untuk menyendiri, menghindari semua istri-istrinya selama sebulan. Hukuman ‘diabaikan’ yang diterima oleh istr-istri Rasulullah SAW ini ternyata jauh lebih efektif daripada hukuman tindakan secara fisik.

Hindari Kekerasan Fisik
Jadi, sama sekali bukan hal tabu jika suami memilih untuk mengalah demi menghentikan pertengkaran emosional. Mengalah di sini tak ada hubungannya dengan kewibawaan. Salah jika para suami merasa malu untuk mengalah dengan dalih takut kehilangan kewibawaan. Suami memang tetap harus tegas dan berwibawa, tetapi tidak sewenang-wenang. Ada saatnya, suami lebih baik mengalah agar tidak memperpanjang masalah.
Suami harus mengalah jika dalam pertengkaran dilihatnya istri penuh dengan emosi. Emosi sang istri bukan karena ingin merasa ‘lebih’ dari suami, namun sebatas dikarenakan ketidakmengertiannya terhadap permasalahan. Jadi, suami mengalah justru karena ia lebih cerdas dan matang daripada istrinya.
Tidak demikian halnya jika istri masih memiliki karakter meremehkan dan merendahkan suami, ingin mendominasi dan menyinggung harga diri suami. Bila kondisinya demikian, maka bukan saatnya suami untuk mengalah, namun saatnya untuk bertindak lebih tegas, dan jika perlu dengan memberi hukuman nusyuz seperti yang diajarkan dalam al-Qur’an, yaitu dengan meninggalkan dan mengabaikan istri selama beberapa waktu.
Kalaupun suami merasa istri harus diperingatkan dengan tegas, itu pun tetap harus dihindarkan cara kekerasan fisik, kecuali sudah menjadi alternatif paling akhir.
“Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya (meninggalkan kewajiban sebagi istri), maka nasihatilah, pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya”. (An-Nisaa’[4]: 34).


💞۩۞۞۝🕌📝🕌۝۞۞۩💞

📌 Sahabat NoteD'day
📌 NoteD'day Serial

Follow akun sahabat NoteD'day👇🏻☺

Blog => https://notedday.blogspot.co.id
IG => https://www.instagram.com/notedday.dakwah/
FP => https://www.facebook.com/notedday/


Silahkan di share.. 

Join group :
081351151141 (wa only) 

✒️Jazaakumullah khairan atas perhatiannya.


۞ *Sahabat NoteD'day* ۞

No comments:

Post a Comment